Setelah 72 Tahun, Indonesia Ekspor Beras ke Papua Nugini

By Admin

Foto: Dokumentasi Kementan  

nusakini.com - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melepas ekspor perdana beras ke Papua Nugini. Jumlah yang diekspor yakni 1 truk beras premium.

Pelepasan ekspor perdana itu dilakukan Mentan Amran bersama Gubernur Papua Lukas Enembe, dan Bupati Merauke Frederikus Gebze di Merauke, Senin (13/2/2017). Hadir juga Asisten Teritorial Kasad, Mayjen TNI Komarudin Simanjuntak, Konsulat Jenderal Papua Nugini, Geoffrey Wiri, dan anggota Komisi IV DPR RI Sulaiman Hamzah. 

Mentan menegaskan, setelah 72 tahun impor beras, kini di tahun 2017 Indonesia mampu mengekspor beras dari Merauke ke negara tetangga yakni Papua Nugini. Harga beras yang diekspor Rp 10 ribu/kg. Harga ini separuh harga beras impor dari Filipina, Thailand dan Vietnam. Hal ini berdasarkan nafas dari Nawacita pemerintahan Jokowi-JK yaitu membangun dari pinggiran dengan pendekatan dan peningkatan kesejahteraan. Beras ditargetkan diekspor 10 ribu ton pada panen musim hujan 2017 ini. 

"Mimpi kita dulu sudah jadi kenyataan yaitu ekspor beras ke negara tetangga, Papua Nugini. Kemudian luas lahan sawah kita tambah terus. Yang terpenting kita sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selebihnya diekspor," tegas Mentan dalam keterangan tertulis. 

Mentan menjelaskan, ekspor beras ini merupakan upaya dalam rangka mensejahterakan para petani. Karena dulu beras untuk kebutuhan di Papua diambil dari provinsi lain sehingga biaya beras mahal karena biaya angkutan ditanggung masyarakat. Dampaknya terjadi inflasi dan kemiskinan meningkat.  

"Namun sekarang kita mampu produksi sendiri. Tekad kita ke depan adalah seluruh pulau-pulau bisa swasembada pangan khususnya beras sehingga harga beras murah," jelasnya. 

Mentan menambakan, Merauke saat ini telah menggunakan teknologi pertanian. Hasilnya, biaya produksi padi hanya 1,1 juta per hektare dari Rp 3 juta per hektare. 

"Artinya biaya produksi pertanian turun 60 persen karena teknologi," imbuhnya. 

Gubernur Papua, Lukas Enembe bangga atas adanya ekspor beras tersebut. Dia menjamin ekspor beras dilakukan setiap tahun. Sebab, menurutnya, sudah berpuluh tahun Papua bermimpi bahwa Merauke dapat menjadi lumbung pangan nasional. 

"Mudah-mudahan ekspor berkelanjutan. Puluhan tahun kita mimpikan Merauke menjadi lumbung padi nasional, tapi baru kali ini melakukan ekspor. Ini akan dilakukan secara terus menerus tiap tahun," kata Lukas. 

Menurutnya, pencapaian ini atas bantuan dan dukungan penuh dari Kementerian Pertanian. Selama ini Kementan telah membantu mekanisasi pertanian dan bersama TNI telah membuka sawah baru.  

"Kami bersyukur mendapat bantuan mekanisasi di Merauke. Beberapa tahun lalu TNI sudah bukan lahan baru. Semakin banyak lahan sawah, petani tidak banyak menganggur dan menjadi petani modern," ungkapnya. 

Pada kesempatan yang sama, Bupati Merauke, Frederikus Gebze menuturkan, Indonesia harus dipersiapkan sebagai negeri gemah ripah loh jinawi. Selama 72 tahun Indonesia baru mengekspor beras ke Papua Nugini.  

Kemudian, lanjutnya, infrastruktur pertanian telah mengalami kemajuan sehingga petani dapat mengangkut hasil panen. Sebab, selama 30 tahun petani menjemur padi di jalan tetapi kini sudah memiliki alat menjemur dan mengeringkan padi.  

"Sehingga hasilnya, beras dari Merauke merupakan beras unggulan dan jauh dari pengawet serta pewarna. Petani telah menggunakan alat pertanian yang canggih sehingga saat ini telah menjadi ahli petani," tutur Frederikus. 

Saat ini, luas lahan sawah dan lahan kering di Merauke sebanyak 64 ribu hektare. Lahan ini sudah ditanami padi. Produksi beras di Merauke yakni 110 ribu ton per tahun sementara kebutuhan hanya 25 ribu ton per tahun.  

"Dengan demikian produksi beras di Merauke surplus. Selain di ekspor, beras dari Merauke selama ini rutin memasok kebutuhan di kabupaten Mapi, Bovebdigul, Mimika, Asmat dan Jayapura," ungkap Fredrikus. 

Sementara itu, Konsulat Jenderal Papua Nugini untuk Papua, Geoffrey Wiri menyampaikan, pelepasan ekspor ini merupakan kesempatan yang luar biasa dan mengejutkan. Sebab, selama ini Papua Nugini impor beras dari Filipina, Thailand dan Vietnam.  

"Impor dari Merauke ini sangat mengejutkan. Harga beras Merauke lebih murah dari negara lain. Untuk itu (kita) berjanji untuk menghentikan impor dari negara lain selain Indonesia," terangnya. 

Terkait ekspor ini, anggota Komisi IV DPR RI, Sulaiman Hamzah menyampaikan apresiasi atas dukungan Amran yang telah memberikan bantuan berupa seluruh peralatan dan kegiatan pertanian di Merauke. Menurutnya, dukungan penuh tidak hanya untuk produksi padi tetapi juga komoditas lainnya.  

"Lahan sawah di Merauke yang luas perlu dukungan tambahan bantuan alat pengering sehingga terus mampu menghasilkan beras berkualitas untuk ekspor," ungkap Sulaiman. 

Sehubungan dengan ini, Mentan langsung memberikan bantuan untuk Merauke meliputi 10unit traktor roda 4, prioritas utama bantuan dryer (pengering), dan 2 unit eskavator. Perlu diketahui, usai melepas ekspor, Mentan bersama Gubernur dan Bupati melakukan panen padi hasil sistem jajar legowo super sekaligus penanaman padi di Kampung Nggutibob, Distrik Tanah Miring.(p/mk)